Powered By Blogger

Kamis, 12 Januari 2012

askep TYPHUS ABDOMINALIS

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
       I.            KONSEP MEDIS
A.    ANATOMI FISIOLOGI
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus),  intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus thypus abdominalis, salmonella typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya ±  6 cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari  :  lapisan usus halus, lapisan mukosa  (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar ±  6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 23 meter dari ileum dengan panjang 4–5 m. Lekukan yeyenum dan ileum  melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum.
Mukosa usus halus.  Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi.  Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus.  Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit.  Disana-sini terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang  disebut kelenjar soliter.  Di dalam ilium terdapat kelompok-kelompok nodula itu.  Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis 20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu  sentimeter  sampai beberapa sentimeter.  Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus (tifoid).  Sel-sel Peyer’s  adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa.  Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum. ( Evelyn  C. Pearce, 2000)
Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung dalam usus halus melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisis lakteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium.
Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak yang di absorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan.
Fungsi usus halus :
·         Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran – saluran limfe.
·         Menyerap protein dalam bentuk  asam amino.
·         Karbohidrat diserap dalam betuk monosakarida.
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan:
·         Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
·         Eripsin menyempurnakan  pencernaan protein menjadi asam amino:
·         Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida.
·         Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida
·         Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida

B.     DEFENISI
Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman SalmonellaTyphosa, Salmonella Paratyphi A, B dan C. yang menyerang usus halus khususnya daerah illeum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat berhubungan erat dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lain melalui Fecal Oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau minuman orang sehat
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut,Thypoid fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

C.     ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif, berflagel, anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yanng lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 700C maupun oleh antiseptik.


Salmonella Typhosa memiliki 3 macam antigen, yaitu:
·         antigen O (Ohhne Hauch): merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar.
·         antigen H    : terdapat pada flagella dan bersifat termolabi
·         antigen Vi   : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

D.    PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
E.     MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat.
Kemudian gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu:
ü Demam lebih dari 7 hari. Pada kasus-kasus tertentu, demam berlangsung selama 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga, suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
ü Gangguan saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue, lidah tifoid), ujung dan tepinya kemerehan, jarang disertai tremor. Pada abdomen terjadi splenomegali dan hepatomegali dengan disertai nyeri tekan. Biasanya didapatkan kondisi konstipasi, kadang diare, mual, muntah, tapi kembung jarang.
ü Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
ü Pada punggung terdapat roseola (bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam).
ü  Epitaksis

F.     KOMPLIKASI
Dapat terjadi pada:
Ø  usus halus
umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu:
*      Perdarahan usus.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan:
o    Penurunan TD dan suhu tubuh
o    Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
o    Kulit pucat
o    Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
*    Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum.
*        Peritonitis. Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:
o    Nyeri perut hebat
o    Kembung
o    Dinding abdomen tegang (defense musulair)
o    Nyeri tekan
o    TD menurun
o    Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang.
o    Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.
Ø  Komplikasi diluar usus halus:
o   Bronkitis. Terjadi pada akhir minggu pertama.
o   Bronkopneumonia. Kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder.
o   Kolesistitis.
o   Tifoid ensefalopati. Gejala: kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi.
o   Meningitis. Gejala: bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas, diare, kelainan neurologis.
o   Miokarditis
o   Karier kronik

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
v  Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
v  Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
v  Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
§   Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
§   Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
§   Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
§   Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

v  Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
§   Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
§   Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
§   Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
§   Faktor yang berhubungan dengan klien :
-       Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
-       Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
-       Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
-       Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
-       Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
-       Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
-       Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
-       Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.

§    Faktor-faktor Teknis
-        Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung  
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
-       Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
-       Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

H.    PENCEGAHAN
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas

I.       PENATALAKSANAAN
Ø  Perawatan
-         Penderita perlu dirawat di RS untuk diisolasi, observasi, dan pengobatan.
-        Harus istirahat
o   5-7 hari bebas demam
o   14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus
-        Mobilisasi bertahap, sesuai kondisi.
-        Bila kesadran menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi dan komplikasi yang lain.

Ø  Diet
-        makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein (TKTP).
-        Bahan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang, dan menimbulkan gas.
-         Susu 2 kali sehari perlu diberikan.
-        Bila anak sadar dan nafsu makan baik, dapat diberikan makanan lunak.

Ø  Obat-obatan
-        Kloramfenikol: 75 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 dosis, dengan dosis maksimum 2 g/hari, diberikan sampai 3 hari bebas panas, minimal diberikan 7 hari.
-        Clotrimoxazol:(pilihan lain kloramfenikol) 6 mg Trimetoprim, 30 mg Sulfometoksazol/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis, diberikan sampai 3 hari bebas panas.
-        Ampisilin dan amoksisilin:merupakan derivat penisilin untuk pasien yang resistan terhadap kloramfenikol.
-        Antipiretik seperlunya
-        Vitamin B kompleks dan vitamin C
    II.            KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
ü  Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
ü  Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
ü  Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
ü  Riwayat Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
ü  Pola Fungsi kesehatan
ü  Pola nutrisi dan metabolisme :
-            Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus.
-            Pola istirahat dan tidur
-            Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
ü  Pemeriksaan Fisik
o   Kesadaran dan keadaan umum pasien
o   Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
o   Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki
o   TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.

B.     Diagnosa keperawatan

1.             Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi kuman Salmonella typhi
2.             Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
3.             Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
4.             Kecemasan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

BAB II
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS THYPUS ABDOMINALIS
Kasus:
Anak. A laki-laki umur 11 tahun masuk Rumah Sakit diantar oleh orang tuanya dengan keluhan demam, sakit kepala, pusing.keluhan dirasakan sejak 2 hari yang lalu.berdasarkan hasil pengkajian fisik diperoleh.TTV;TD:80/60mmHg;Nadi:100x/menit,Pernapasan:25x/menit,Suhu:38,5 0C.keadaan umum lemah,dengan kesadaran compos mentis.pemeriksaan uji widal positif(+).
A.    Pengkajian

I.                   DATA UMUM
a.      Identitas anak
-          Nama                                 :   An. A
-          Umur                                  :   11 tahun
-          Jenis kelamin                    :   Perempuan
-          Agama                               :   Islam
b.      Data Ayah
-          Nama ayah                        :   Tn. A
-          Umur                                  :   35 tahun
-          Pekerjaan                           :   Petani
-          Suku/Bangsa                     :   Bugis/Indonesia
-          Agama                               :   Islam
-          Alamat                               :   Jl.Damai
c.       Data Ibu
-          Nama                                 :   Ny. B
-          Umur                                  :   30 tahun
-          Pekerjaan                           :   IRT
-          Suku/Bangsa                     :   Bugis/Indonesia
-          Agama                               :   Islam
-          Alamat                               :   Jl.Damai

II.                Riwayat Kehamilan/Persalinan Ibu
              i.      Prenatal
a.     Tidak ada keluhan ibu selama kehamilan.
b.     Ibu memeriksakan diri secara teratur.
c.      Obat yang diberikan selama hamil adalah tablet Fe.
d.    Lamanya hamil adalah 9 bulan.
           ii.      Natal
a.     Tempat persalinan RS.
b.     Anak lahir spontan dan segera menangis.
c.      Tidak ada riwayat trauma.
d.    Tidak ada tindakan khusus yang dilakukan.


         iii.      Post Natal
a.     Riwayat nifas baik, keadaan ibu baik.
b.     Keadaan bayi baik.
c.      Pengawasan neonatal selama 2 jam di ruang bersalin dan dilanjutkan rawat gabung di ruang nifas.

III.             Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
              i.      Riwayat kelahiran
a.     Berat badan lahir            :   3400 gram
b.     Panjang badan lahir       :   50 cm
c.      Imunisasi dasar
-          BCG          :   diberikan pada umur 1 bulan dengan frekuensi 1 kali.
-          DPT          :   diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan frekuensi 3 kali.
-          Polio         :   diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan.
-          Campak   :   diberikan pada umur 9 bulan, frekuensi 1 kali.
-          Hepatitis  :   diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, frekuensi 3 kali.
d.    Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat.
e.     Tidak ada riwayat trauma.



IV.             RIWAYAT KESEHATAN
                          i.      Riwayat kesehatan sekarang
a.      Keluhan utama : Demam
b.      Riwayat keluhan utama :
klien mengalami demam sekaj 2 hari yang lau.klien minum obat penurun demam tapi tidak ada perubahan.akhirnya keluarga membawanya ke rumah sakit dan dokter memutuskan untuk di opname.
-         Sifat keluhan : terus menerus
-         Lokasi dan penyebarannya  : Seluruh tubuh.
-         Hal-hal yang meringankan : Pada saat istirahat.
-         Hal-hal yang memberatkan pada saat beraktivitas.
                       ii.      Riwayat kesehatan masa lalu
a.      Klien biasa demam di rumah
b.      Klien tidak mempunyai riwayat alergi.
c.       Klien tidak pernah dirawat di RS sebelumnya
d.     Riwayat imunisasi lengkap





                     iii.      Riwayat kesehatan keluarga

Genogram 3 generasi



                                                                                         
                       
Keterangan :
                          :   Laki-laki
                          :   Perempuan
                          :   Klien
                          :   Tinggal serumah
                          :   Meninggal
-          Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit keturunan
-          Nenek meninggal pada usia lanjut tidak diketahui penyebabnya secara medis.

V.                PEMERIKSAAN FISIK
                          i.      Status kesehatan : Keadaan sakit sedang, klien nampak lemah.
*        Kesadaran : Composmentis.
*        TB : 136 cm
*        BB : Tidak dikaji karena pasien bedrest, klien tampak kurus.
*        Tanda-tanda vital :
-          TD                 :   80/60 mmHg
-          Nadi             :   100 x/menit
-          Pernapasan :   25 x/menit
-          Suhu             :   38,5 0C
                       ii.      Keadaan kulit
Inspeksi
-          Tidak ada lesi.
-          Nampak kulit bersih.
-          Tidak ada kelainan pada kulit.
-          Klien mengatakan badannya panas.
Palpasi :
-          Kulit teraba panas.
-          Turgor kulit elastis.
                     iii.      Kepala
Inspeksi :
-          Bentuk kepala simetris kiri/kanan.
-          Penyebaran rambut merata ombak dan hitam.
-          Tidak berketombe.
-          Tidak ada luka/benjolan.
Palpasi :
-          Tidak ada nyeri tekan.
-          Tidak teraba massa/tumor.
-          Rambut tidak mudah rontok.
                     iv.      Muka
Inspeksi :
-          Bentuk wajah lonjong.
-          Tidak nampak edema.
-          Ekspresi wajah nampak murung.
-          Muka nampak kemerahan
-          Klien nampak kusut
Palpasi :
-          Tidak ada nyeri tekan.
                        v.      Mata
Inspeksi :
-          Penyebaran bulu alis lebat dan merata.
-          Penyebaran bulu alis merata dan lurus.
-          Tidak nampak edema pada palpebra.
-          Conjungtiva merah muda.
-          Sklera tidak icterus.
-          Tidak ada penonjolan bola mata.
-          Pupil : isokor/mengecil bila ada cahaya.
-          Gerakan bola mata dapat mengikuti gerakan tangan.
-          Mata nampak merah
Palpasi :
-          Tidak ada peningkatan tekanan intraokuler.
-          Tidak ada nyeri tekan.
                     vi.      Hidung
Inspeksi :
-          Tidak nampak deviasi septum
-          Tidak nampak pembesaran sinus
-          Tidak ada polip
-          Warna mukosa merah muda
-          Fungsi penciuman : dapat mencium bau.
Palpasi :
-          Tidak ada nyeri tekan
-          Tidak teraba massa/tumor
                   vii.      Telinga
Inspeksi :
-          Simetris telinga bagian luar kiri/kanan
-          Tidak ada serumen/cairan
-          Tidak memakai alat bantu
Palpasi :
-          Tidak ada nyeri tekan pada daerah mastoid.
                viii.      Mulut dan tenggorokan
Inspeksi :
a.      Mulut :
-         Bibir tidak cyanosis
-         Bibir nampak kering dan pecah -pecah
b.      Lidah nampak kotor berwarna keputihan
c.       Gigi :
-          Jumlah gigi 28 buah.
-          Tidak memakai gigi palsu
-          Tidak ada caries
-          Gigi nampak bersih.
d.     Gusi
-          Warna merah muda
-          Tidak ada peradangan
-          Ovula menggantung di tengah
-          Tonsil tidak meradang
-          Tidak ada kesulitan untuk menelan
                      ix.      Leher
Inspeksi :
-          Tidak nampak pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
-          Tidak nampak pembesaran vena jugularis.
Palpasi :
-          Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
-          Tidak teraba pembesaran vena jugularis
-          Tidak teraba massa/tumor

                        x.      Dada dan paru-paru
Inspeksi :
-          Bentuk dada simetris kiri/kanan
-          Pengembangan dada mengikuti irama pernafasan
-          Frekwensi pernafasan 25x/menit
-          Irama pernafasan reguler
Palpasi :
-          Tidak ada nyeri tekan
-          Vokal fremitus getarannya seimbang kiri/kanan
                      xi.      Jantung
Inspeksi :
-          Ictus cordis nampak pada ICS IV dan V midclavicula
Palpasi :
-          Denyutan apeks teraba pada ICS IV dan V midclavicula, denyutannya teratur.
Perkusi :
-          Pekak pada ICS II dan V linea midclavicula

Auskultasi :
-          Bunyi jantung I reguler dan murni pada ICS IV mitral dan ICS V trikuspidalis kiri.
-          Bunyi jantung II reguler dan murni pada ICS II kiri, penutupan katup pulmo.
-          Bunyi jantung II redup dan murni pada ICS II kanan penutupan katup aorta.
-          Tidak ada bunyi tambahan.
                   xii.      Abdomen
Inspeksi :
-          Warna kulit sama dengan sekitarnya.
-          Umbilikus tidak menonjol keluar
-          Tidak ada lesi
-          Gerakan abdomen mengikuti irama pernafasan.
Auskultasi :
-          Peristaltik usus 4x/menit
-          Gerakan vesikuler kuat
Perkusi :
-          Tympani pada daerah epigastrium
-          Redup pada kuadran kanan atas diatas area hati.
Palpasi :
-          Tidak ada nyeri tekan
-          Tidak teraba massa/tumor
-          Tidak teraba pembesaran hepar
                 xiii.      Genetalia dan anus
-          Tidak ada kelainan
                 xiv.      Ekstremitas
a.      Ekstremitas atas :
Motorik :
-          Simetris kiri/kanan
-          Terpasang infus RL 18 tetes/menit pada lengan kiri.
-          Tidak ada oedema
-          Tidak nampak atropi/hypertropi
-          Kelemahan otot mampu dengan tenaga dorong
-          Koordinasi mampu menahan kedua lengan secara bersamaan dengan baik.

Refleks :
-          Biceps kiri/kanan           : +/+
-          Trices kiri/kanan            : +/+

Sensori :
-          Rangsangan suhu dapat membedakan panas dan dingin
-          Rasa raba : Dapat membedakan kasar dan halus.
b.      Ekstremitas bawah :
Motorik :
-          Simetris kiri/kanan
-          Tidak ada oedema
-          Tidak ada atropi/hypertropi
-          Kekuatan otot mempu dengan tenaga dorong
-          Gaya berjalan sulit dinilai.

Refleks :
-          Patella kiri/kanan           : +/+
-          Achilles kiri/kanan        : +/+
-          Babinsky                          : - / -
Sensori :
-          Tidak ada nyeri tekan
-          Rangsangan suhu : dapat membedakan panas dan dingin
-          Rasa raba : dapat membedakan yang kasar dan halus

VI.             STATUS NEUROLOGIS
-          Memory             :   Mampu mengingat masa lalu dengan baik.
-          Orientasi            :   Mampu mengingat tempat dan orang yang ada di sekitarnya.
-          Sensori               :   Dapat merasakan sakit bila dicubit.
-          Motorik              :   Pergerakan baik
-          Dapat mengangkat bahu bila ada perintah
-          Dapat memalingkan kepala ke segala arah.







VII.          PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium       Normal
HB                  : 11 gr%                (11 – 16 gr%)
Leukosit        : 14. 500/mm3       (6000 – 10.000/mm3)
Trombocyte   : 90.000/mm3        (150.000 – 400.000/mm3)
BBS                 : 6/jam                  (0 – 20/jam)
Widal             : (+) Positif           (Negatif)
VIII.       POLA KEGIATAN SEHARI-HARI

NO
JENIS KEGIATAN
SEBELUM SAKIT

SELAMA SAKIT
1




Nutrisi
-         Kebiasaan pola makan
-         Frekwensi
-         Nafsu makan
-         Makanan pantang
-         Makanan kesukaan
-         Minuman yang disukai
-         Banyaknya minum



Nasi, lauk, sayur, buah
3 x/hari
Baik
Tidak ada
bakso

Air putih

7 – 8 gelas/hari

Klien mengatakan tidak ada nafsu ma-kan.
Klien mengatakan merasa mual
Keluarga mengata-kan porsi makan ti-dak dihabiskan(3/4)
Porsi makan tidak dihabiskan (3/4 porsi)

2
Eliminasi
a.       Bak
-         Frekuensi
-         Warna
-         Jumlah
-         Bau

b.       Bab

-         Frekuensi
-         Warna
-         Konsistensi





Kuning
Tidak diketahui
Amoniak



1 x/hari
Kuning
Padat – lembek

Kuning
Tidak diukur
Amoniak





-      keluarga menga-takan klien sudah 6 hari tidak bab.


3
Olah raga dan aktivitas
-         Jalan pagi

Tidak teratur
Klien bedrest di tempat tidur.


4
Personal hygiene
-         Mandi
-         Gosok gigi
-         Cuci rambut
-         Ganti pakaian

2 x/hari
2 x/hari
3 x/minggu
2x/hari
Tidak pernah, ha-nya dilap basah oleh ibunya.


IX.              POLA INTERAKSI SOSIAL
-         Orang yang terpenting adalah ibunya.
-         Klien mudah mendapat teman
-         Interaksi dalam keluarga harmonis
-         Interaksi dengan petugas kesehatan baik.

X.                 STATUS KESEHATAN SOSIAL
-         Klien tinggal di rumah panggung
-         Kamar sesuai dengan jumlah kebutuhan penghuni.
-         Tidak banjir pada musim hujan.
-         Tidak ada anggota keluarga yang merokok

XI.              KEADAAN PSIKOLOGIS SELAMA SAKIT
1.      Klien berharap cepat sembuh
2.      Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
3.      Klien mengatakan sangat mengkhawatirkan tentang penyakitnya.
4.      Klien sering bertanya tentang penyakitnya.



XII.           SPIRITUAL
Klien rajin mengaji, shalat lima waktu belum teratur.

XIII.        PERAWATAN DAN PENGOBATAN
1.      IVFD RL : Dex 5 % 1 : 1 18 tetes/menit
2.      Ampicillin 500 mg/6 jam/iv
3.      Antrain ½ ampul/8 jam/iv
4.      Dextromex 3 x 1 cth
5.      Kloramfenikol 3 x 500 mg.

KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif

-          Klien mengatakan badannya panas
-          Keluarga mengatakan klien sudah 6 hari tidak BAB
-          Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
-          Klien mengatakan susah tidur
-          Klien berharap cepat sembuh
-          Klien mengatakan tidak tahu dengan penyakitnya.
-          Klien mengatakan khawatir tentang penyakitnya.

Data Obyektif

-          TTV :
T    : 80/60 mmHg
N   : 100 x/menit
S    : 38,5 0 C
P    : 25 x/menit
-          Muka nampak merah
-          Leukosit 14.500/mm3
-          Widal (+)
-          Pristaltik usus 4 kali/menit
-          Klien nampak lemah
-          Klien nampak kurus
-          Prosi tidak dihabiskan ¾ porsi
-          Klien nampak kusut
-          Bibir nampak kering dan pecah – pecah.
-          Lidah kotor

ANALISA DATA

 




PRIORITAS MASALAH DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada usus ditandai dengan :
DS :
-       Klien mengatakan badannya panas.
-       Bibir nampak kering dan pecah - pecah
DO :
-       Suhu badan 38,5 0 C
-       Leukosit 14.500/mm3
-       Widal (+)
2.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus ditandai dengan :
DS :
-       Keluarga mengatakan klien sudah 6 hari tidak bab
DO :
-          Pristaltik usus 4x/menit


3.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan :
DS :
-       Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
-       Klien mengatakan merasa mual
-       Keluarga klien mengatakan porsi tidak dihabiskan (3/4 porsi)
DO :
-       Klien nampak lemah
-       Klien nampak kurus
-       Porsi tidak dihabiskan ¾ porsi.
-       Lidah kotor
4.      Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan stimulus eksternal yang tinggi ditandai dengan :
DS :
-       Klien mengatakan susah tidur
-       Keluarga mengatakan klien tidur hanya ± 4 jam semalam
DO :
-       Mata nampak merah
-       Klien nampak kusut
5.      Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya ditandai dengan :
DS :
-       Klien berharap cepat sembuh
-       Klien mengatakan tidak tahu dengan penyakitnya
-       Klien mengatakan khawatir tentang penyakitnya
DO : TTV :
TD     :   80/60 mmHg   N       :   100 x/menit
S        :   38,5 0C              P        :   25 x/menit


C.INTERVENSI KEPERAWATAN
DX
TUJUAN/
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
1
Tujuan:
suhu tubuh turun sampai batas normal

Criteria hasil:

ü Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C
ü Klien bebas demam

ü Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga




ü  Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk pada tubu, khususnya pada aksila atau lipatan paha.

ü Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)



ü Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat.

ü Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi




ü Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik.






ü Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama dengan klien sehingga pengobatan dan perawatan mudah dilaksanakan.

ü Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.




ü Air merupakan pangatur suhu tubuh. Setiap ada kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan metabolisme air juga meningkat dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu tubuh.

ü Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang keluar.

ü Observasi tanda-tanda vital merupakan deteksi dini untuk mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil tindakan

ü Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman Salmonella typhi sehingga mempercepat proses penyembuhan sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.


ü Membina hubungan baik dengan klien dan keluarga




ü  Memberikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk pada tubu, khususnya pada aksila atau lipatan paha.

ü Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)






ü Menganjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat.

ü Mengobservasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi




ü Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik.


2

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan


Criteria hasil:
ü   Nafsu makan baik
ü   KU baik
ü   Porsi makan dihabiskan
ü   Lidah tidak kotor






ü  Kaji pola makan klien





ü  Beri bubur saring




ü  Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.




ü  Jelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses penyembuhan

ü  Dengan mengkaji pola makan klien maka seorang perawat dapat mengetahui kebiasaan makan klien sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya

ü  Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi hidup tubuh dan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus.

ü  Pemberian makanan sedikit tapi sering dapat mengurangi kejenuhan klien dan memberi kesempatan pada usus untuk mengabsorbsi makanan yang lebih banyak
ü  Makanan penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi serta membantu proses penyembuhan
ü  Mengkaji pola makan klien




ü  Memberikan bubur saring



ü  Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering.



ü  Menjelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses penyembuhan

3

Tujuan: kekurangan cairan dapat tertasi

Criteria hasil:
ü  Mukosa mulut dan bibir tetap basah, turgor kulit normal.
ü  Tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan) dalam batas normal.



ü  Monitor intake atau output tiap 6 jam





ü  Beri cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari) dan elektrolit setiap hari.

ü  Masukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya rasa haus

ü  Hindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein.



ü  Timbang berat badan secara efektif.




ü  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan secara intravena.

ü Pemenuhan cairan (input) dan koreksi terhadap kekurangan cairan yang keluar serta deteksi dini terhadap keseimbangan cairan.

ü Cairan yang terpenuhi dapat membantu metabolisme dalam keseimbangan suhu tubuh.

ü  Haluaran cairan di regulasi oleh kemampuan ginjal untuk memekatkan urine.

ü Gula, alkohol dan kafein mengandung diuretik meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi.


ü  Kehilangan berat badan 2-5 % menunjukkan dehidrasi ringan, 5-9 % menunjukkan dehidrasi sedang

ü  Sebagai perawat melakukan fungsinya (independen) sebaik-baiknya.


ü  Memonitor intake atau output tiap 6 jam



ü  Memberi cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari) dan elektrolit setiap hari.

ü  Memasukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya rasa haus

ü  Menghindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein.




ü  Menimbang berat badan secara efektif.




ü  Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan secara intravena
4

Tujuan:
cemas berkurang atau hilang
Criteria hasil:
ü  Klien mengerti tentang penyakitnya, kecemasan hilang atau berkurang.
ü  Klien menerima akan keadaan penyakit yang dideritanya
ü  Beri penjelasan pada klien tentang penyakitnya

ü  Kaji tingkat kecemasan klien



ü  Dampingi klien terutama saat-saat cemas.


ü  Tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi kontak dengan orang lain, klien lain dan keluarga yang menimbulkan cemas.

ü  Klien mengerti dan merespon dari penjelasan secara kooperatif.

ü  Dapat memberi gambaran yang jelas apa yang menjadi alternatif tindakan yang direncanakan.

ü   Klien merasa diperhatikan dan dapat menurunkan tingkat kecemasan.

ü  Dengan ruangan yang tenang dapat mengurangi kecemasannya

ü  Memberi penjelasan pada klien tentang penyakitnya

ü  Mengkaji tingkat kecemasan klien



ü  Mendampingi klien terutama saat-saat cemas.

ü  Menempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi kontak dengan orang lain, klien lain dan keluarga yang menimbulkan cemas



Tidak ada komentar:

Posting Komentar