Powered By Blogger

Senin, 06 Februari 2012

askep GERONTIK ISK

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Infeksi saluran kencing (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktik klinik. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami paling tidak satu kejadian ISK selama masa kehidupanya. Kebanyakan kasus ISK tidak menimbulkan masalah yang berat, dalam artian tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan suatu kerusakan yang bersifat irreversible. Namun demikian, resiko kerusakan ginjal yang irreversible dan juga peningkatan resiko bakterimia akan terjadi ketika ISK mengenai ginjal (Hvidberg et al., 2000).
Infeksi saluran kencing (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya terdapat 6 juta pasien ISK setiap tahunya. Di RS X di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit(juli-desember).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %, sedangkan pada usia sama atau di atas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20 %. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5-15%.
"Dari penderita ISK, menurut penelitian, kira-kira ada sekitar 10 persen yang tidak bergejala. Dalam hal ini penderita tidak merasakan apa-apa. Mungkin gejalanya ada tetapi si orang tersebut menganggapnya sebagai gejala biasa. Untuk yang tak bergejala ini baru diketahui setelah diperiksa melalui tes urin dimana urinnya banyak terdapat bakteri," terang Sugi.
ISK yang tak bergejala terhitung lebih berbahaya, karena tanpa disadari, penyakit tersebut akan menggerogoti terus-menerus. Jadi, orang yang bersangkutan terinfeksi tetapi dia tidak tahu dan biasanya malah menjadikronis.
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apakah yang disebut dengan infeksi saluran kemih?
2.    Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih?
3.    Bagaimana patofisiologi infeksi saluran kemih?
4.    Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Infeksi Saluran Kencing?

C.    Tujuan Penelitian

1.    Untuk mengetahui Definisi infeksi saluran kemih.
2.    Untuk mengetahui etiologi dari infeksi saluran kemih
3.    Untuk mengetahui patofisiologi infeksi saluran kemih
4.    Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
    infeksi saluran kencing



BAB I
KONSEP MEDIS

A.    Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %, sedangkan pada usia sama atau di atas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20 %. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5-15%.
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena:
o    Sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif.
o    Mobilitas menurun.
o    Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik.
o    Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
o    Adanya hambatan pada aliran urin.
o    Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.


Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998) Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

B.    Etiologi
ISK pada usia lanjut dipandang dari segi penatalaksanaan sering dibedakan atas: (Russel, B.M., 1989; Tolkoff, Rubu N.E. dan Rubin R.H., 1989).

a.ISK uncomplicated (simple)
ISK yang sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomi maupun fungsionil normal. ISK sederhana ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih. Penyebab kuman tersering (90%) adalah E. coli.



b.ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotik, sering terjadi bakteriemia, sepsis, dan syok. Penyebab kuman pada ISK complicated adalah Pseudomonas, Proteus, dan Klebsiela. ISK complicated terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut: Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu (pada usia lanjut kemungkinan terjadinya batu lebih besar dari pada usia muda). Refleks vesiko urethral obstruksi, paraplegi, atoni kandung kemih, kateter kandung kemih menetap, serta prostatitis menahun.Kelainan faal ginjal, baik gagal ginjal akut (GGA) maupun gagal ginjal kronis (GGK)
.Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Mikroorganisme yang paling sering adalah bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin kurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Selain bakteri aerob, ISK juga dapat disebabkan oleh virus, ragi, dan jamur.
Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari Gram-negatif ternyata E.Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas.
Jenis kokus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan entercoccus dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hipertrofi prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter. Bila ditemukan Staphylococcus aureus dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen melalui ginjal. Demikian juga Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi Salmonella pada urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalur hematogen ialah Brusella, Nokardia, Actinomyces dan Mycobacterium tuberculosae.
Virus juga sering ditemukan pada urin tanpa ada gejala ISK akut. Adenovirus tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sisititis hemoragik dapat juga disebabkan oleh Schistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih. Candida merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spektrum luas. Candida yang paling sering ialah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen

Penyebab yang lain dapat terjadi ialah :
1.    Bakteri (Eschericia coli)
2.    Jamur dan virus
3.    Infeksi ginjal
4.    Prostat hipertropi (urine sisa)
5.    Dapat berasal dari organisme pd faeces yang naik dari perineum uretra
      dan kandung kemih, serta menempel pd permukaan mucosa.
6.    pengosongan kandung  kemih yang tdk lengkap
7.    Gangguan status metabolis (diabetes)
8.    Refluks uretrovesikel ® refluks (aliran balik) urine dari uretra ke dlm
      kandung kemih.
9.    Refluks uretrovesikel ®dpt disebabkan o/ disfungsi leher kandung kemih
      uretra.
      Uretrovesikel atau refluks uretrovesikel ® aliran balik urin dari kandung
      kemih ke dlm kedua ureter.
10.    Kontaminasi fekal
11.    Hubungan seksual ® berperan masuknya organisme dari perineum kedlm
      kandung kemih
12.    Pemasangan alat kedlm traktus urinarius
13.    statis urine
C.    Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
o    masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
o    Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
D. Tanda dan Gejala
Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan daerah pelvis juga ditemukan. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Stranguria, tenesmus, nokturia, sering juga ditemukan enuresis nokturnal sekunder, prostatismus, nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal. Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut
Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.
ISK yang tak bergejala terhitung lebih berbahaya, karena tanpa disadari, penyakit tersebut akan menggerogoti terus-menerus. Jadi, orang yang bersangkutan terinfeksi tetapi dia tidak tahu dan biasanya malah menjadi kronis.
1.    Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
-    Mukosa memerah dan oedema
-    Terdapat cairan eksudat yang purulent
-    Ada ulserasi pada urethra
-    Adanya rasa gatal yang menggelitik
-    Adanya nanah awal miksi
-    Nyeri pada saat miksi
-    Kesulitan untuk memulai miksi
-    Nyeri pada abdomen bagian bawah.
2.    Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
-    Disuria (nyeri waktu berkemih)
-    Peningkatan frekuensi berkemih
-    Perasaan ingin berkemih
-    Adanya sel-sel darah putih dalam urin
-    Nyeri punggung bawah atau suprapubic
-    Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
3.    Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
-    Demam
-    Menggigil
-    Nyeri pinggang
-    Disuria
4.    Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
E.    Komplikasi
1.    Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.
2.     Gagal ginjal
F.    Pemeriksaan diagnostik
    Urinalisis
    Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih.
    Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.


    Bakteroilogis
    Mikroskopis
    Dapat digunakan urin segar tanpa dipoutar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif apabila dijumpai bakteri/lapang pandang minyak emersi.
    Biakan bakteri
    Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 – 1000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7 % dan spesifisitas 99,1 % untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak,infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.

    Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan yang merupakan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Dapat berupa pielografi intravena (IVP), ultrasonografi dan CT-scanning.

G.    Pencegahan

Ada beberapa upaya yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih ini, antara lain :
-    Munumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih sehari).
-    Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
-    Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih.
-    Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan dapat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak
-    Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil
-    Perempuan lebih rentan terinfeksi saluran kemih.

H.     Pengobatan penyakit ISK
1.    Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
         negatif.
a.    Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.
b.    Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.
c.    Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin.
d.    Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole.
e.    Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak  yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
2.    Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
3.    Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
    Aktivitas/Istirahat
    Gejala : sukar tidur
    Tanda : palpebra hitam,
    Eliminasi
    Gejala : Perubahan pola berkemih biasanya , peningkatan frekuensi, poliuria, oliguria, Disuria, ragu-ragu, dan retensi Abdomen kembung
    Tanda : Perubahan warna urine
    Makanan/Cairan
    Gejala : Peningkatan BB (edema), penurunan BB, (dehidrasi)
    Tanda : Edema bagian pelvis
    Nyeri/Kenyamanan
    Gejala : Nyeri,  hipertermi
    Tanda : Gelisah     
    Neurosensori
    Gejala : Keram otot/kejang 

B.    Diagnosa

1.    Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2.    Ganguan pola eliminasi berhubungan dengan nyeri ketika miksi ( dysuria )
3.    Hipertermi berhubugan dengan pelepasan toksin oleh bakteri
4.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya aktivasi sistem RAS
5.    Ansietas berhubungan dengan stress psikologis
6.    Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah

C.    Intervensi

NO            Diagnosa                Intervensi              Rasional
1.    Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa
nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
1.    Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2.    Kandung kemih tidak tegang
3.    Pasien nampak tenang
4.    Ekspresi wajah tenang
        Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
    Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
    Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat
    Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus

    Berikan perawatan perineal
    Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.


Kolaborasi
    Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit
    Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
    Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar . Pemberian air sampai 2400 ml/hari


        untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan




    membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
    meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.

    membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.
    untuk mencegah kontaminasi uretra
    Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan


    Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas










    analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri

    akibat dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membentu membilas saluran berkemih




2.    Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius  lain

Kriteria hasil :Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)


        Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
    Dorong meningkatkan pemasukan cairan
    Kaji keluhan kandung kemih penuh




    status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran



    Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Kolaborasi
    Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin



        memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
    peningkatan hidrasi membilas bakteri.

    retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)Observasi perubahan
    akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat

    untuk mencegah statis urin



    pengawasan terhadap disfungsi ginjal

5.    Ansietas berhubungan dengan stress psikologis

Tujuan :  pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.dengan criteria klien tidak gelisa


















        Kaji tingkat kecemasan

    Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

    Beri dorongan spiritual




    Beri penjelasan tentang penyakitnya

        Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

    Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan


     Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien

    Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya


4.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan aktifasi RAS (reticuloendotelia avtifing system) ditandai dengan
Tujuan dan kriteri hasil :
Melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istrahat
Mengungkapkan perasaan segar dan nyaman dalam istrahat.
         Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.
    Berikan tempat tidur yang  nyaman.


    Kurangi kebisingan.



    Dorong posisi nyaman , bantu dalam mengubah posisi.


    Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur mis; masase, segelas susu air hangat.


        mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat


    meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.

    memberikan situasi kondusif saat tidur



    pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istrahat.

    meningkatkan efe relaksasi. Susu mempunyai kualitas soporifik, meningkatan sintesis serotonin, neurotransmitter yang membantu pasien tertidur dan tidur lebih lama.
3.    Hipertermi berhubugan dengan pelepasan toksin oleh bakteri
Tujuan :
Suhu tubuh da-lam batas nor-mal dengan kriteria :
Suhu : 360 – 37 0 C
Bibir tidak pecah-pecah.
   
    Observasi tan-da-tanda vital.

    Beri kompres dingin pada daerah dahi dan ketiak.



    Anjurkan klien untuk minum banyak





    Anjurkan pada klin untuk isti-rahat total.







   
    Tanda-tanda vital dapat berubah dengan adanya peningkatan suhu tubuh.
    Dengan memberi kompres dingin terjadi pemin-dahan panas ke dingin melalui proses konduksi.
    Dengan minum yang banyak di-harapkan dapat mengganti peng-uapan cairan yang keluar aki-bat panas.
    Istirahat mutlak dapat mencegah terjadinya perfo-rasi usus.


6.    Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda
gelisah.
Kriteria Hasil :
Klien tidak gelisah
Klien tenang
        Kaji tingkat pemahaman klien tentang penyakitnya
    Kaji ulang proses pemyakit dan harapan yang akan datanng


    Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan
    Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah pemeriksaan
    Instruksikan pasien untuk menggunakan obat  yang diberikan, inum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.



    Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.

        Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien
    memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.

    pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.






    instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan





    Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri

    Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar